Sebenarnya, itu bisa saja dilakukan. Tetapi, butuh sedikit penyesuaian. Artinya, enggak bisa langsung pakai. Menurut Junus Budi Sarojo, untuk aplikasi piston forging ke linner biasa, maka ovality dan tapper yang dimiliki piston harus lebih besar. Itu karena piston forging memiliki pemuaian panas lebih cepat.
Maksudnya ovality adalah bentuk keseluruhan diameter piston. Sedang tapper, bagian atas piston. Dengan ovality dan tapper yang besar, sehingga ketika menerima beban kerja, pemuaian juga akan lebih besar.
Itu karena selama ini, piston forging lebih banyak dipakai di engine pacuan yang memakai sistem pendinginan cairan. Nah, kalau di piston gravity casting atau piston cor, ovality yang terbentuk antara 0,12 hingga 0,25 mikron. Sedang di forging, bisa sentuh 0,2 - 0,45 mikron.
Dengan begitu, kemungkinan piston menggantung alias seret dengan linner jadi terhindarkan meski tanpa bantuan pendingin cairan di linner. Toh, penyesuaian juga enggak sulit. Seperti yang dilakukan Felix Judianto di pacuan balap Suzuki miliknya.
Sulit kalau hanya korter dengan hitungan mikron. Cara mudahnya bisa hanya dengan mengampleas halus bagian yang tebal.
Tapi, kalau mau langsung geber, bisa 0,04mm Soal kekuatan antara piston dan linner, itu tergantung dari material piston yang diusung. Jadi, tak ada salah sau yang bakal aus duluan.
0 komentar:
Posting Komentar